Senin, 07 Februari 2011

Dulu Sahabat, Kini Cinta

Evie, wanita manis berusia 27 tahun itu belakangan sedang menghadapi dilema. Ceritanya, Evie bersahabat erat dengan Kinoi selama 17 tahun sejak SD, SMP, SMA, hingga sama-sama dewasa dan bekerja. Tadinya persahabatan itu berjalan mulus dan indah.
Bahkan sampai Kinoi menikah dan memiliki dua anak, persahabatan itu tetap lestari. "Namun sudah tiga tahun ini batin gue tersiksa. Kedekatan gue bersama Kinoi berbuah kenyataan bahwa ternyata gue mencintai dan menginginkan Kinoi lebih dari seorang sahabat," tutur staf customer service di sebuah bank ini dengan nada sedih.
Evie sedih, gundah, dan merasa kebingungan. "Gue sadar cinta ini tak bisa menyatu dan gue tahu ini akan menyakitkan perasaan istri dan anak Kinoi," tutur Evie sambil menahan rasa sesak dalam dirinya. Kini Evie tak hanya merana karena cinta, tapi persahabatannya dengan Kinoi pun di ambang kehancuran. "Kayaknya Kinoi marah besar, dan itu membuat gue bersalah. Persahabatan kami jadi hancur tak keruan."
Lain lagi kisah Risma Sjahrir. Wanita pengusaha di bidang racikan formula parfum organik ini baru tiga tahun meniti hidup di Indonesia setelah tinggal lama di luar negeri. Selama di Tanah Air, Risma bersahabat dengan teman pria yang sudah menikah bernama Refi. Bersama Refi, Risma membangun jaringan bisnis dan saling mendukung. "Kedekatan dan faktor dia selalu ada bersamaku, termasuk membantu dan memberi dukungan ketika aku mengalami kesulitan, membuatku punya pengharapan lebih dari hubungan ini."
Namun Risma menyadari situasi persahabatan, termasuk kondisi Refi yang sudah berkeluarga, membuatnya harus tegar menghadapi kenyataan ini. "Sangat sulit, begitu menyakitkan memang. Persahabatan indah ini harus terjerat cinta yang mungkin tulus membelit kami. Aku berusaha ikhlas dan pasrah menunggu sikap kepastian dan ketegasan darinya," tutur Risman, sedih.
Memang tak mudah menghadapi dilema semacam itu. Psikolog Miranti Aseva mengatakan persahabatan dengan lawan jenis bermata dua. "Banyak yang menyangsikan bahwa lawan jenis bersahabat abadi itu tidak mungkin. Menjadi mungkin akan langgeng, ya, bila mereka menjadi belahan jiwa dan menikah," kata psikolog alumnus Universitas Indonesia yang banyak menangani kasus seputar hubungan bisnis, keluarga, dan pertemanan ini.
Mira menuturkan, persahabatan tidak hanya mendasar pada kepercayaan, tapi juga membutuhkan pengertian atas kesetiaan dan privasi diri. Tapi yang harus disadari dalam persahabatan ini adalah kadang ada sebuah lubang bernama kehancuran, apalagi bila pemicunya adalah perasaan suka dan cinta yang ditimbulkan dari persahabatan lawan jenis. "Persahabatan (dengan) lawan jenis memang sering mengalami pasang-surut, termasuk dilema cinta," ujarnya.
Menurut Mira, menetralkan kungkungan perasaan ini susah-susah mudah. Mira lalu mengutip penjelasan dalam buku The Secret Language of Relationship karya Joost Elffers, bahwa salah satu cara ampuh adalah break atau menghilang dalam waktu tertentu. Pada masa jeda tersebut, biasanya bila itu persahabatan sejati akan ketemu dan terjalin kembali.
Begitu pula bila ternyata dari masa jeda itu keduanya memang belahan jiwa atau cinta sejatinya, lalu menikah. Ini pun sering terjadi. "Ada banyak faktor yang memicu rasa cinta dalam persahabatan. Bisa terjadi secara alami, seleksi alam, atau yang sering karena provokasi atau intervensi dari luar."
Mira mencontohkan, ada sebuah persahabatan lawan jenis yang sudah puluhan tahun, yang satunya lajang, satu menikah. Awalnya biasa-biasa saja. Tapi, ketika lingkungan atau masyarakat di sekitar melihat begitu lekat dan begitu akrabnya kedekatan mereka, muncul rasa sangsi tentang persahabatan ini. Bahkan muncul dugaan hubungan ini lebih dari sekadar sahabat.
"Nah, hal begini yang bahaya dan sering terjadi. Keduanya jadi tidak bisa jernih, justru terpancing. Tapi sekali lagi, kalau dasar persahabatan itu di atas segalanya, tidak akan muncul potensi ini."
| HADRIANI P
Bersahabat tanpa Harus Jatuh Cinta
Berikut ini adalah tip bagaimana menjalin persahabatan dengan lawan jenis bisa jalan terus, tanpa harus terbelit, dan tidak mengundang perasaan suka atau jatuh cinta.
1. Sepakat dan berkomitmen bahwa persahabatan terjalin atas nama kepercayaan.
2. Usahakan sesering mungkin menceritakan masalah yang universal dan condong pada kehidupan asmara di antara kedua pihak. Dengan demikian, pembicaraan akan terasa netral dan adanya rasa empati bagi kedua belah pihak.
3. Persahabatan di depan umum sebaiknya dalam norma atau tatanan yang wajar, bukan atau tidak terlalu menunjukkan kedekatan.
4. Sebaiknya melakukan curahan hati melalui alat komunikasi telepon, e-mail, chatting, dan jejaring sosial. Hindari pertemuan yang terlalu sering.
5. Bersikap be your self dan to be honest, berani mengatakan yang sejujurnya, serta tidak mengada-ngada.
6. Seringlah saling berkonsultasi dan berkomunikasi tanpa ada rasa canggung.
7. Memiliki perasaan senang-susah, suka-duka, dan senyum lara dalam persahabatan yang mengedepankan kepentingan bersama dengan dilandasi sikap kesetiaan yang tulus dan abadi, bukan basa-basi semata.
8. Berani menyampaikan sesuatu yang buruk menyangkut diri kedua pihak sahabat dengan sikap terbuka dan dewasa. Ingat, friendship is like a ship that never sink!

0 komentar:

Posting Komentar