Retorika Kaum Bijak 1

Hargailah segala yang kau miliki; anda akan memiliki lebih lagi. Jika anda fokus pada apa yang tidak anda miliki, anda tidak akan pernah merasa cukup dalam hal apapun. Be thankful for what you have; you’ll end up having more. If you concentrate on what you don’t have, you will never, ever have enough.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 2

Jika manusia kehilangan sahabatnya, dia akan melihat sekitarnya dan akan melihat sahabat-sahabatnya datang dan menghiburnya…. Akan tetapi apabila hati manusia kehilangan kedamaianya dimanakah dia akan menemukannya, Bagaimanakah dia akan bisa memperolehnya kembali..?

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 3

Hanya seorang yang pemarah yang bisa betul-betul bersabar. Seseorang yang tidak bisa merasa marah tidak bisa disebut penyabar, karena dia hanya tidak bisa marah. Sedangkan seorang lagi yang sebetulnya merasa marah, tetapi mengelola kemarahannya untuk berlaku baik dan adil adalah seorang yang berhasil menjadikan dirinya bersabar. Dan bila Anda mengatakan bahwa untuk bersabar itu sulit, Anda sangat tepat, karena kesabaran kita diukur dari kekuatan kita untuk tetap mendahulukan yang benar dalam perasaan yang membuat kita seolah-olah berhak untuk berlaku melampaui batas.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 4

Anda bertanggung jawab atas kehidupan anda. Anda tidak bisa terus menerus menyalahkan orang lain untuk kesalahan-kesalahan dalam hidup anda. Hidup ini sebenarnya adalah tentang melanjutkan kehidupan itu sendiri. You are responsible for your life. You can’t keep blaming somebody else for your dysfunction. Life is really about moving on.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 5

Hargailah segala yang kau miliki; anda akan memiliki lebih lagi. Jika anda fokus pada apa yang tidak anda miliki, anda tidak akan pernah merasa cukup dalam hal apapun. Be thankful for what you have; you’ll end up having more. If you concentrate on what you don’t have, you will never, ever have enough.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 6

Cara memulai adalah dengan berhenti berbicara dan mulai melakukan. The way to get started is to quit talking and begin doing.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 7

Pikiran kita ibarat parasut, hanya berfungsi ketika terbuka. Minds are like parachutes – they only function when open.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 8

Mereka yang dapat memberi tanpa mengingat, dan menerima tanpa melupakan akan diberkati. Blessed are those that can give without remembering and receive without forgetting.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 9

Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir. Success is a journey, not a destination.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 10

Visi tanpa eksekusi adalah lamunan. Eksekusi tanpa visi adalah mimpi buruk. Vision without execution is a daydream. Execution without vision is a nightmare.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 11

Hargailah segala yang kau miliki; anda akan memiliki lebih lagi. Jika anda fokus pada apa yang tidak anda miliki, anda tidak akan pernah merasa cukup dalam hal apapun. Be thankful for what you have; you’ll end up having more. If you concentrate on what you don’t have, you will never, ever have enough.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 12

Jika manusia kehilangan sahabatnya, dia akan melihat sekitarnya dan akan melihat sahabat-sahabatnya datang dan menghiburnya…. Akan tetapi apabila hati manusia kehilangan kedamaianya dimanakah dia akan menemukannya, Bagaimanakah dia akan bisa memperolehnya kembali..?

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 13

Hanya seorang yang pemarah yang bisa betul-betul bersabar. Seseorang yang tidak bisa merasa marah tidak bisa disebut penyabar, karena dia hanya tidak bisa marah. Sedangkan seorang lagi yang sebetulnya merasa marah, tetapi mengelola kemarahannya untuk berlaku baik dan adil adalah seorang yang berhasil menjadikan dirinya bersabar. Dan bila Anda mengatakan bahwa untuk bersabar itu sulit, Anda sangat tepat, karena kesabaran kita diukur dari kekuatan kita untuk tetap mendahulukan yang benar dalam perasaan yang membuat kita seolah-olah berhak untuk berlaku melampaui batas.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 14

Anda bertanggung jawab atas kehidupan anda. Anda tidak bisa terus menerus menyalahkan orang lain untuk kesalahan-kesalahan dalam hidup anda. Hidup ini sebenarnya adalah tentang melanjutkan kehidupan itu sendiri. You are responsible for your life. You can’t keep blaming somebody else for your dysfunction. Life is really about moving on.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 15

Hargailah segala yang kau miliki; anda akan memiliki lebih lagi. Jika anda fokus pada apa yang tidak anda miliki, anda tidak akan pernah merasa cukup dalam hal apapun. Be thankful for what you have; you’ll end up having more. If you concentrate on what you don’t have, you will never, ever have enough.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 16

Hargailah segala yang kau miliki; anda akan memiliki lebih lagi. Jika anda fokus pada apa yang tidak anda miliki, anda tidak akan pernah merasa cukup dalam hal apapun. Be thankful for what you have; you’ll end up having more. If you concentrate on what you don’t have, you will never, ever have enough.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 17

Jika manusia kehilangan sahabatnya, dia akan melihat sekitarnya dan akan melihat sahabat-sahabatnya datang dan menghiburnya…. Akan tetapi apabila hati manusia kehilangan kedamaianya dimanakah dia akan menemukannya, Bagaimanakah dia akan bisa memperolehnya kembali..?

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 18

Hanya seorang yang pemarah yang bisa betul-betul bersabar. Seseorang yang tidak bisa merasa marah tidak bisa disebut penyabar, karena dia hanya tidak bisa marah. Sedangkan seorang lagi yang sebetulnya merasa marah, tetapi mengelola kemarahannya untuk berlaku baik dan adil adalah seorang yang berhasil menjadikan dirinya bersabar. Dan bila Anda mengatakan bahwa untuk bersabar itu sulit, Anda sangat tepat, karena kesabaran kita diukur dari kekuatan kita untuk tetap mendahulukan yang benar dalam perasaan yang membuat kita seolah-olah berhak untuk berlaku melampaui batas.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 19

Anda bertanggung jawab atas kehidupan anda. Anda tidak bisa terus menerus menyalahkan orang lain untuk kesalahan-kesalahan dalam hidup anda. Hidup ini sebenarnya adalah tentang melanjutkan kehidupan itu sendiri. You are responsible for your life. You can’t keep blaming somebody else for your dysfunction. Life is really about moving on.

Selanjutnya

Retorika Kaum Bijak 20

Hargailah segala yang kau miliki; anda akan memiliki lebih lagi. Jika anda fokus pada apa yang tidak anda miliki, anda tidak akan pernah merasa cukup dalam hal apapun. Be thankful for what you have; you’ll end up having more. If you concentrate on what you don’t have, you will never, ever have enough.

Selanjutnya

Rabu, 23 Februari 2011

Titrasi Iodometri

Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat bereaksi dengan I- (iodide) untuk menghasilkan I2, I2 yang terbentuk secara kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri adalah dapat dikategorikan sebagai titrasi kembali.

Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titrant hal ini disebabkan karena factor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indicator yang dapat dipakai untuk iodide. Oleh sebab itu titrasi kembali merubakan proses titrasi yang sangat baik untuk titrasi yang melibatkan iodide. Senyawaan iodide umumnya KI ditambahkan secara berlebih pada larutan oksidator sehingga terbentuk I2. I2 yang terbentuk adalah equivalent dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan. Jumlah I2 ditentukan dengan menitrasi I2 dengan larutan standar tiosulfat (umumnya yang dipakai adalah Na2S2O3) dengan indicator amilum jadi perubahan warnanya dari biru tua kompleks amilum-I2 sampai warna ini tepat hilang.

Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah sebagai berikut:

IO3- + 5 I- + 6H+ -> 3I2 + H2O

I2 + 2 S2O32- -> 2I- + S4O62-

Setiap mmol IO3- akan menghasilkan 3 mmol I2 dan 3 mmol I2 ini akan tepat bereaksi dengan 6 mmol S2O32- (ingat 1 mmol I2 tepat bereaksi dengan 2 mmol S2O32-) sehingga mmol IO3- ditentukan atau setara dngan 1/6 mmol S2O32-.

Mengapa kita menitrasi langsung antara tiosulfat dengan analit? Beberapa alasan yang dapat dijabarkan adalah karena analit yang bersifat sebagai oksidator dapat mengoksidasi tiosulfat menjadi senyawaan yang bilangan oksidasinya lebih tinggi dari tetrationat dan umumnya reaksi ini tidak stoikiometri. Alasa kedua adalah tiosulfat dapat membentuk ion kompleks dengan beberapa ion logam seperti Besi(II).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi Iodometri adalah sebagai berikut:

Penambahan amilum sebaiknya dilakukan saat menjelang akhir titrasi, dimana hal ini ditandai dengan warna larutan menjadi kuning muda (dari oranye sampai coklat akibat terdapatnya I2 dalam jumlah banyak), alasannya kompleks amilum-I2 terdisosiasi sangat lambat akibatnya maka banyak I2 yang akan terabsorbsi oleh amilum jika amilum ditambahkan pada awal titrasi, alasan kedua adalah biasanya iodometri dilakukan pada media asam kuat sehingga akan menghindari terjadinya hidrolisis amilum

Titrasi harus dilakukan dengan cepat untuk meminimalisasi terjadinya oksidasi iodide oleh udara bebas. Pengocokan pada saat melakukan titrasi iodometri sangat diwajibkan untuk menghindari penumpukan tiosulfat pada area tertentu, penumpukkan konsentrasi tiosulfat dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk menghasilkan belerang. Terbentuknya reaksi ini dapat diamati dengan adanya belerang dan larutan menjadi bersifat koloid (tampak keruh oleh kehadiran S).

S2O32- + 2H+ -> H2SO3 + S

Pastikan jumlah iodide yang ditambahkan adalah berlebih sehingga semua analit tereduksi dengan demikian titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodide tidak akan mengganggu jalannya titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak dilakukan dengan segera maka I- dapat teroksidasi oleh udara menjadi I2.

Bagaimana menstandarisasi larutan tiosulfat?

Tiosulfat yang dipakai dalam titrasi iodometri dapat distandarisasi dengan menggunakan senyawa oksidator yang memiliki kemurnian tinggi (analytical grade) seperti K2Cr2O7, KIO3, KBrO3, atau senyawaan tembaga(II).

Bila digunakan Cu(II) maka pH harus dibuffer pada pH 3 dan dipakai tiosianat untuk masking agent, KSCN ditambahkan pada waktu mendektitik akhir titrasi dengan tujuan untuk menggantikan I2 yang teradsorbsi oleh CuI. Bila pH yang digunakan tinggi maka tembaga(II) akan terhidrolisis dan akan terbentuk hidroksidanya. Jika keasaman larutan sangat tinggi maka cenderung terjadi reaksi I- sebagai akibat adanya Cu(II) dalam larutan yang megkatalis reaksi tersebut.

Beberapa contoh reaksi iodometri adalah sebagai berikut

2MnO4- + 10 I- + 16 H+ <-> 2Mn2+ + 5 I2 + 8H2O

Cr2O72- + 6I- <-> 14 H+ <-> 2Cr3+ + 3 I2 + 7H2O

2Fe3+ + 2I- <-> 2Fe2+ + I2

2 Ce4+ + 2I- <-> 2Ce3+ + I2

Br2 + 2I- <-> 2Br- + I2

Titrasi Iodimetri


Iodimetri merupakan titrasi redoks yang melibatkan titrasi langsung I2 dengan suatu agen pereduksi. I2 merupakan oksidator yang bersifat moderat, maka jumlah zat yang dapat ditentukan secara iodimetri sangat terbatas, beberapa contoh zat yang sering ditentukan secara iodimetri adalah H2S, ion sulfite, Sn2+, As3+ atau N2H4. Akan tetapi karena sifatnya yang moderat ini maka titrasi dengan I2 bersifat lebih selektif dibandingkan dengan titrasi yang menggunakan titrant oksidator kuat.

Pada umumnya larutan I2 distandarisasi dengan menggunakan standar primer As2O3, As2O3 dilarutkan dalam natrium hidroksida dan kemudian dinetralkan dengan penambahan asam. Disebabkan kelarutan iodine dalam air nilainya kecil maka larutan I2 dibuat dengan melarutkan I2 dalam larutan KI, dengan demikian dalam keadaan sebenarnya yang dipakai untuk titrasi adalah larutan I3-.

I2 + I- -> I3-

Titrasi iodimetri dilakukan dalam keadaan netral atau dalam kisaran asam lemah sampai basa lemah. Pada pH tinggi (basa kuat) maka iodine dapat mengalami reaksi disproporsionasi menjadi hipoiodat.

I2 + 2OH- <-> IO3- + I- + H2O

Sedangkan pada keadaan asam kuat maka amilum yang dipakai sebagai indicator akan terhidrolisis, selain itu pada keadaan ini iodide (I-) yang dihasilkan dapat diubah menjadi I2 dengan adanya O2 dari udara bebas, reaksi ini melibatkan H+ dari asam.

4I- + O2 + 4H+ -> 2I2 + 2H2O

Titrasi dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indicator dimana titik akhir titrasi diketahui dengan terjadinya kompleks amilum-I2 yang berwarna biru tua. Beberapa reaksi penentuan denga iodimetri ditulis dalam reaksi berikut:

H2S + I2 -> S + 2I- + 2H+

SO32- + I2 + H2O -> SO42- + 2I- + 2H+

Sn2+ + I2 -> Sn4+ + 2I-

H2AsO3 + I2 + H2O -> HAsO42- + 2I- + 3H+

Indikator adsorbsi dapat dipakai untuk titrasi argentometri. Titrasi argentometri yang menggunakan indicator adsorbsi ini dikenal dengan sebutan titrasi argentometri metode Fajans. Sebagai contoh marilah kita gunakan titrasi ion klorida dengan larutan standart Ag+. Dimana hasil reaksi dari kedua zat tersebut adalah:

Ag+(aq) + Cl-(aq) -> AgCl(s) (endapan putih)

Endapan perak klorida membentuk endapan yang bersifat koloid. Sebelum titik ekuivalen dicapai maka endapat akan bermuatan negative disebakkan teradsorbsinya Cl- di seluruh permukaan endapan. Dan terdapat counter ion bermuatan positif dari Ag+ yang teradsorbsi dengan gaya elektrostatis pada endapat. Setelah titik ekuivalen dicapai maka tidak terdapat lagi ion Cl- yang teradsorbsi pada endapan sehingga endapat sekarang bersifat netral.

Kelebihan ion Ag+ yang diberikan untuk mencapai titik akhir titrasi menyebabkan ion-ion Ag+ ini teradsorbsi pada endapan sehingga endapan bermuatan positif dan beberapa ion negative teradsorbsi dengan gaya elektrostatis sebagai counter ion.

Indikator adsorbsi merupakan pewarna, seperti diklorofluorescein yang berada dalam keadaan bermuatan negative dalam larutan titrasi akan teradsorbsi sebagai counter ion pada permukaan endapan yang bermuatan positif. Dengan terserapnya ini maka warna indicator akan berubah dimana warna diklorofluorescein menjadi berwarna merah muda. Mekanisme teradsorbsinya indicator ini ditunjukkan oleh gambar berikut ini:

Selasa, 22 Februari 2011

SEJARAH OBAT



Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati dalam dosis yang layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit serta gejalanya.

Obat Nabati
Kebanyakan obat yang digunakan di masa lalu adalah obat yang berasal dari tanaman. Dengan cara coba-mencoba, secara empiris orang purba mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan untuk mengobati penyakit. Pengetahuan ini secara turun-temurun disimpan dan dikembangkan, sehingga muncul ilmu pengobatan rakyat, seperti pengobatan tradisional jamu di Indonesia.

Munculnya obat kimiawi sintesis
Pada permulaan abad ke-20, obat-obat kimia sintesis mulai tampak kemajuannya, dengan ditemukannya obat-obat termashyur, yaitu salvarsan dan aspirin sebagai pelopor, yang kemudian disusul oleh sejumlah obat lain. Pendobrakan sejati baru tercapai dengan penemuan dan penggunaan kemoterapeutika sulfatilamid (1935) dan penisilin (1940). Sebetulnya, sudah lebih dari dua ribu tahun diketahui bahwa borok bernanah dapat disembuhkan dengan menutupi luka menggunakan kapang-kapang tertentu, tetapi baru pada tahun 1928 khasiat ini diselidiki secara ilmiah oleh penemu penisilin Dr. Alexander Fleming.

Sejak tahun 1945 ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang pesat (misalnya: sintesa kimia, fermentasi, teknologi rekombinan DNA) dan hal ini menguntungkan sekali bagi penelitian sistematis obat-obat baru. Beribu-ribu zat sintetik telah ditemukan, rata-rata 500 zat mengakibatkan perkembangan revolusioner di bidan farmakoterapi. Kebanyakan obat kuno ditinggalkan dan diganti dengan obat-obat mutakhir.

DEFINISI ILMU FARMASI

Analisis Klinik
Analisis Jamu
Analisis Kandungan Tumbuhan Obat
Analisis Makanan
Anatomi & Fisiologi Manusia
Anatomi & Fisiologi Tumbuhan
Aromaterapi
Bahan Aditif
Bahan Obat Kelautan
Bioanalisis
Biofarmasetika
Biokimia
Biologi Molekuler
Biologi Sel
Bioteknologi Farmasi
Efek Samping Obat Alam
Ekologi Tumbuhan
Etnofarmasi
Farmakoekonomika
Farmakoepidemiologi
Farmakognosi
Farmakokimia
Farmakokinetika
Farmakokinetika Klinik
Farmakologi Dasar
Farmakologi Klinik
Farmakologi Molekuler
Farmakologi Umum
Farmakoterapi
Farmakoterapi Endokrin & Sistem Hormon
Farmakoterapi Infeksi & Tumor
Farmakoterapi Sistem Pencernaan & Pernafasan
Farmasetika Dasar
Farmasi Fisik
Farmasi Klinik
Farmasi Sosial
Fitoterapi
Fotokimia Obat
Histopatologi
Imunologi Farmasetik
Khemotaksonomi
Kimia Analisis
Kimia Bahan Pangan
Kimia Farmasi Anorganik
Kimia Farmasi Dasar
Kimia Lingkungan & Pengolahan Limbah
Kimia Medisinal
Kimia Organik
Kimia Polimer
Konseling Farmasi
Kosmetika Alami
Kosmetologi
Kromatografi
Kultur Jaringan Tanaman
Manajemen Farmasi Industri
Manajemen Farmasi Rumah Sakit
Manajemen Farmasi Rumah Sakit
Metodologi & Desain Penelitian
Mikrobiologi Farmasi
Naskah Obat Tradisional
Nutrisi
Parasitologi
Patologi Klinik
Patologi Umum
Pelayanan Farmasi
Pengobatan Alternatif
Perbekalan Steril
Produk Alami Kelautan
Produk Suplemen
Protein Farmasetik
Radiofarmaka
Rekayasa Antibodi
Spektrofotometri
Spektrofotometri
Stabilitas Obat
Statistika Farmasi
Teknologi & Formulasi Sediaan Cair-Semi Padat
Teknologi & Formulasi Sediaan Steril
Teknologi Fermentasi
Teknologi Fitofarmasetik
Teknologi Gena Farmasetik
Teknologi Kimia
Teknologi Sediaan Farmasi
Toksikologi
Vitamin & Hormon
Zat Warna Alami

Implementasi Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care)



Apoteker atau farmasis merupakan tenaga kesehatan yang jarang sekali terekspose keberadaannya. Di banyak rumah sakit apoteker sering terjebak pada padatnya tugas pengelolaan obat, alat kesehatan dan tugas administratif lainnya, yang menyebabkan apoteker kurang dapat meningkatkan pengetahuan dan peran kliniknya sehingga sulit berkomunikasi dengan dokter secara sejajar.

Walaupun demikian, ditingkat global dalam kalangan farmasis sendiri mulai ada panggilan untuk meningkatkan peranannya dalam pelayanan kesehatan, sehingga muncullah konsep pharmaceutical care . Konsep pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) merupakan pelayanan yang dibutuhkan dan diterima pasien untuk menjamin keamanan dan penggunaan obat yang rasional, baik sebelum, selama, maupun sesudah penggunaan obat.

Keinginan yang kuat untuk mengembalikan peran seorang farmasis di dunia kesehatan membuat pelayanan kefarmasian berkembang menjadi farmasis klinik (clinical pharmacist). Clinical pharmacist merupakan istilah untuk farmasis yang menjalankan praktik kefarmasian di klinik atau di rumah sakit. Keberadaan praktik profesional dari farmasis ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggantikan peranan dokter, tetapi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan pelayanan kesehatan terkait adanya peresepan ganda untuk satu orang pasien, banyaknya obat-obat baru yang bermunculan, kebutuhan akan informasi obat, angka kesakitan dan kematian yang terkait dengan penggunaan obat serta tingginya pengeluaran pasien untuk biaya kesehatan akibat penggunaan obat yang tidak tepat.

Badan kesehatan dunia (WHO) telah merumuskan suatu pedoman yang disebut Good Pharmacy Practice (GPP). Pedoman ini harus dirujuk oleh organisasi profesi farmasi maupun pemerintah di seluruh dunia yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing.

Menurut Dra Retnosari Andrajati MS.PhD Apt dari Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia, pada seminar kefarmasian, akhir Januari 2009 lalu GPP merupakan suatu standar pengukuran kualitas pelayanan. Keberadaannya menyebabkan seorang apoteker yang melakukan praktik berkewajiban untuk menjamin bahwa pelayanan yang diberikan pada setiap pasien memenuhi kualitas. Walaupun pembahasan GPP di Indonesia belum rampung, tetapi penerapannya sudah dimulai. "Ada empat rekomendasi utama untuk standar nasional dari GPP. Yaitu promosi kesehatan dan pencegahan sakit, penyediaan dan penggunaan obat/alat kesehatan, swamedikasi dan perbaikan peresepan dan penggunaan obat," kata Retno.

Ruang lingkup dalam pelayanan farmasi harus dilaksanakan dalam kerangka sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada pasien. Ruang lingkup pelayanan farmasi tersebut meliputi tanggung jawab farmasis dalam menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan, menjamin kualitas obat yang diberikan aman dan efektif dengan memperhatikan keunikan individu, menjamin pengguna obat atau alat kesehatan dapat menggunakan dengan cara yang paling baik, dan bersama dengan tenaga kesehatan lain bertanggungjawab dalam menghasilkan therapeutic outcomes yang optimal.

Dra. Rina Mutiara M.Pharm, Apt. dari RSCM mengatakan hubungan dokter dan farmasis dapat dilihat dalam ronde ruangan. Farmasis juga dapat membuat rekomendasi penggunaan obat pasien yang meliputi : pemilihan obat, dosis obat, frekuensi obat, lama pemberian obat, cara pemberian serta interaksi obat.

Keberadaan farmasis klinis sudah dapat dirasakan di RSCM. "Dengan adanya farmasis klinik diruang rawat departemen ilmu kesehatan anak, pemakaian antibiotika dapat diturunkan menjadi 51 % dari sebelumnya yang 65 % dan juga mengurangi pemakaian obat yang berlebihan" tambah Rina. Selain itu farmasis di RSCM juga diikutsertakan dalam tim nutrisi yang dibentuk oleh Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM di awal tahun 2008 yang juga terdiri dari dokter gizi anak dan perawat. Menurut Rina, meningkatnya pasien anak dengan gizi buruk yang membutuhkan Total Parenteral Nutrisi membuat farmasis semakin jelas dibutuhkan keberadaannya dalam tim kesehatan. (Hanky)

Senin, 21 Februari 2011

Alkaloid : Senyawa Organik Terbanyak di Alam

Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.

Berdasarkan literatur, diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion.

Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.

Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.

Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang farmakologi :
Senyawa Alkaloid
(Nama Trivial) Aktivitas Biologi
Nikotin Stimulan pada syaraf otonom
Morfin Analgesik
Kodein Analgesik, obat batuk
Atropin Obat tetes mata
Skopolamin Sedatif menjelang operasi
Kokain Analgesik
Piperin Antifeedant (bioinsektisida)
Quinin Obat malaria
Vinkristin Obat kanker
Ergotamin Analgesik pada migrain
Reserpin Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi
Mitraginin Analgesik dan antitusif
Vinblastin Anti neoplastik, obat kanker
Saponin Antibakteri

Tantangan Penelitian

Tantangan dalam penelitian di bidang alkaloid, semakin lama semakin menarik dan dengan tingkat kesukaran yang rumit. Hal ini didasarkan pada fenomena bahwa jumlah alkaloid dalam tumbuhan berada dalam kadar yang sangat sedikit (kurang dari 1%) tetapi kadar alkaloid diatas 1% juga seringkali dijumpai seperti pada kulit kina yang mengandung 10-15% alkaloid dan pada Senecio riddelii dengan kadar alkaloid hingga 18%. Selain kadar yang kecil, alkaloid juga harus diisolasi dari campuran senyawa yang rumit. Proses isolasi, pemurnian, karakterisasi, dan penentuan struktur ini membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang tentunya memerlukan waktu yang lama untuk mendalaminya.

Tantangan berikutnya dalam penelitian setelah ditemukan senyawa alkaloid murni dan diketahui strukturnya, adalah dengan melakukan uji aktivitas biologi terutama untuk aplikasi farmakologi dan bioinsektisida. Setelah diketahui aktivitas biologinya, kemudian dilanjutkan dengan mempelajari studi molekular (uji klinis) lebih lanjut senyawa tersebut bagi organisme (terutama manusia). Seandainya alkaloid yang diteliti, memiliki kelayakan sebagai obat, maka tantangan lain bagi para peneliti adalah mensintesis senyawa tersebut, terutama untuk mencari jalur sintesis yang sederhana dan murah, sehingga dengan sintesis dapat menyediakan pasokan alternatif obat semacam itu yang sering sukar diperoleh dari sumber alam.

Tantangan dalam bidang pengembangan ilmu alkaloid tidak berhenti sampai disini saja, adanya resistensi atau adanya efek ketagihan terhadap obat, menyebabkan para peneliti kembali disibukkan untuk mencari obat lain, yang salah satunya adalah dengan meneliti turunan-turunan senyawa yang berkhasiat tersebut.

Penutup

Penelitian di bidang kimia alkaloid tiap tahun selalu berkembang pesat. Indonesia dengan kekayaan alamnya yang melimpah, merupakan gudang bagi tersedianya senyawa-senyawa alkaloid yang berkhasiat, yang siap untuk dieksplorasi dan dieksploitasi oleh para ilmuwan. Dalam usaha mengeksplorasi dan memanfaatkan senyawa alkaloid ini, perlu ditopang oleh paling tidak oleh tiga pihak yang berkerjasama yaitu pemerintah, dunia industri, dan para ilmuwan. Untuk itu perlu adanya kesamaan persepsi bahwa penelitian adalah investasi. Dengan kesamaan persepsi ini, diharapkan penelitian para ilmuwan tidak mentok pada tahap publikasi ilmiah saja tetapi sampai pada paten dan aplikasi langsung bagi masyarakat.

Daftar Pustaka

* Anonim. Alkaloid. Situs Web Wikipedia
* Achmad S. A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka. Jakarta
* Amrun Hidayat, M. Alkaloid Turunan Triptofan. Makalah Ilmiah. In Internet.
* Fessenden, R dan Fessenden, J. 1986. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Alih bahasa oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Penerbit Erlangga. Jakarta
* Ita Mustikawati. 2006. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid dari Daun Gendarussa vulgaris Nees. Thesis. Digital Library Universitas Airlangga
* Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB Bandung
* Sovia Lenny. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida, Alkaloida. USU Repository
* Syaiful Bahri. 2005. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dari Buah Lada dengan Uji Aktivitas Antifeedant terhadap Hama Ulat Bayam. Research Report. Digital Library Universitas Lampung.

Sumber : http://www.chem-is-try.org

Harga Obat Ancam Kesehatan



SURABAYA, KOMPAS - Sejumlah warga yang menderita sakit di pelbagai daerah di Indonesia mengeluhkan harga obat yang semakin mahal. Warga pemegang kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat pun merasakan dampak kenaikan harga obat karena tidak semua obat ditanggung asuransi.

Hasan Abdulah (75), pemegang kartu Jamkesmas, menuturkan, kenaikan harga obat sangat terasa karena ia harus membeli obat di luar daftar obat Jamkesmas. ”Saya enggak tahu nama obatnya, tetapi ada obat yang harga satu paketnya Rp 400.000. Tiga bulan lalu, petugas di apotek mengumumkan kalau harga obat akan naik,” katanya saat ditemui di RS Dr Soetomo, Surabaya, Jawa Timur, akhir pekan lalu.

”Saya dan istri sudah tua, penyakit banyak. Kalau bisa harga obat jangan naik,” ujarnya.

Yang terpuruk adalah pasien kelas menengah bawah yang dianggap tidak miskin, tetapi dananya sangat pas-pasan.

Norma (40), warga Jalan Pancing, Medan, Sumatera Utara, penderita tumor payudara dan baru dioperasi, mengatakan, keluarganya terpaksa pinjam sana- sini dan menggadaikan barang untuk membiayai operasi. Keluarga Norma berupaya mengurus Jamkesmas, tetapi ditolak.

Nasib serupa menimpa Parjono (60), warga Masaran, Sragen, Jawa Tengah, tukang becak yang beristri buruh pembatik. Ia terpaksa berutang untuk membayar biaya rawat inap sembilan hari di RSUD Dr Moewardi, Solo, karena sakit jantung. Adik Parjono, Triyono, mengatakan, biayanya Rp 4,5 juta. Surat keterangan tidak mampu hanya memberikan potongan 10 persen.

Josephin (49), warga Jakarta yang menderita diabetes, memilih menggunakan obat generik. Ia harus mengonsumsi obat secara rutin dua kali sehari. Untuk obat generik saja ia menghabiskan biaya Rp 150.000 per bulan. Hal sama dilakukan suami Josephin, Sadmoko (50), penderita gangguan jantung, dalam membeli obat pengencer darah.

Namun, tidak semua obat tersedia versi generiknya, misalnya obat untuk kanker. Keresahan dirasakan Sondang (40), yang menunggui anaknya, Christine (4), yang terkena leukemia. Christine telah empat bulan di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. Dalam 25 hari pertama, Sondang mengeluarkan biayaRp 22 juta. Sebagai pegawai negeri sipil, Sondang ditanggung Asuransi Kesehatan (Askes). Namun, tak semua obat kemoterapi dan peralatan penunjang ditanggung Askes.

Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD Tugurejo, Semarang, Haryadi Ibnu Junaedi memaparkan, pihaknya kini menawarkan pilihan obat generik atau obat bermerek bagi pasien umum. Untuk pemberian obat di atas Rp 100.000, pasien akan dimintai tanda tangan persetujuan agar pasien tak kaget saat membayar biaya RS.

Kambing hitam

Direktur Eksekutif International Pharmaceutical Manufacturers Group Parulian Simanjuntak di Jakarta menyatakan, harga obat dipersoalkan karena 80-85 persen penduduk Indonesia membayar biaya kesehatan dari dana pribadi.

”Tersedianya jaminan sosial untuk biaya kesehatan amat mendesak. Selama jaminan itu tidak ada, obat akan menjadi kambing hitam,” katanya.

Di negara maju, seperti Amerika Serikat, biaya obat hanya 7-8 persen dari total biaya kesehatan. Komponen biaya terbesar justru pada penggunaan alat-alat modern untuk diagnosis penyakit serta biaya dokter.

Menurut Parulian, kenaikan harga obat setiap tahun dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tingkat inflasi. Hal senada dinyatakan Ketua Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia Anthony Sunarjo.

Penyebab lain kenaikan harga obat, menurut Parulian, adalah tidak efisiennya pasar obat di Indonesia. Pangsa pasar obat Indonesia sangat kecil, tetapi jumlah industri dan distributor farmasi sangat besar.

Saat ini ada sekitar 200 perusahaan farmasi, baik perusahaan dalam negeri maupun asing. Pangsa pasar obat Indonesia pada 2010 hanya 4 miliar dollar AS atau 0,6 persen pangsa pasar obat dunia yang 700 miliar dollar AS. Padahal, porsi penduduk Indonesia 3,5 persen penduduk dunia. ”Walau potensi penduduk Indonesia besar, pangsa pasar obat Indonesia sangat kecil,” katanya.

Konsumsi obat Indonesia termasuk rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Konsumsi obat per kapita Indonesia tahun lalu hanya 17 dollar AS, jauh lebih rendah dibandingkan konsumsi obat per kapita Malaysia yang mencapai 3-4 kali lipatnya.

Kenaikan harga obat kali ini terkait rencana pemerintah menaikkan pajak bahan kimia obat. Hal itu mengingat hampir semua bahan kimia obat diimpor.

Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Ahmad Ramadhan Siregar mengatakan, tingginya harga obat disebabkan oleh kartel.

Menurut Ramadhan, disparitas harga terjadi pada obat generik, obat generik bermerek, dan obat paten. Disparitas harga bisa mencapai 300 persen.

Dari perkara terkait farmasi yang ditangani KPPU, 50 persen biaya produksi obat adalah biaya promosi dan distribusi. ”Orang yang sedang sakit tidak bisa menolak apabila dokter merekomendasikan resep obat tertentu,” kata Ramadhan.

Rambu penetapan harga

Direktur Unit Bisnis Pharma Glaxo Smith Kline (GSK) Indonesia Kent K Sarosa menyatakan, harga obat berbeda di setiap negara. Di negara-negara Eropa yang menerapkan asuransi kesehatan sosial, harga obat bergantung pada negosiasi pemerintah atau pengelola asuransi sosial dengan produsen sehingga bisa lebih murah dibandingkan harga di negara lain. Selain itu, obat generik lebih diutamakan sehingga ketika suatu obat habis masa perlindungan patennya, produsen otomatis menurunkan harga obat agar mampu bersaing dengan produsen yang membuat obat generik.

Masalahnya, menurut Kent, di Indonesia tak ada rambu penetapan harga obat generik bermerek. Karena itu, produsen yang memproduksi obat yang habis masa patennya menjual obat dengan harga tak jauh berbeda dengan obat originator (asli). Akibatnya, harga obat originator yang patennya berakhir ataupun obat generik bermerek tidak pernah turun, bahkan cenderung naik terus. Masalah lain, ada ketakpercayaan masyarakat dan sebagian dokter terhadap mutu obat generik sehingga pemanfaatan obat generik masih sedikit.

Pemerintah perlu membuat rambu penetapan harga obat generik bermerek. Kent dan Parulian berpendapat, pemerintah perlu menjaga mutu dan menyosialisasikan obat generik agar lebih banyak yang memakai sehingga harga obat bisa turun. (kompas)

Bermimpi Obat Murah

Seandainya harga obat murah, biaya pelayanan kesehatan di Indonesia tentu tidak akan semahal sekarang. Ini karena komponen biaya obat bisa mencapai 45 persen dari total biaya kesehatan. Lalu, mengapa harga obat mahal? Penyebabnya adalah tidak ada subsidi sebagaimana harga bahan bakar minyak. Padahal, harga obat bisa lebih murah kalau kita mengetahui seluk-beluk pasar obat.

Berbagai faktor yang membuat harga obat mahal adalah jumlah dan jenis obat yang beredar di Indonesia terlalu banyak, baik yang menggunakan nama generik maupun nama dagang. Jumlahnya sudah ribuan. Padahal, yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan pengobatan/medik hanya 800-1.000 nama generik dan dagang.

Terlalu banyak obat

Selain itu, produsen/pabrikan obat juga terlalu banyak. Tak jarang, satu nama generik diproduksi oleh beberapa produsen dengan harga yang sangat berbeda. Meski khasiat sama, harganya bisa berbeda sepuluh kali lipat. Kalau dokter memberi kita obat yang harganya mahal, sudah tentu harga resep kita menjadi mahal. Padahal, ada pilihan obat dengan harga yang bisa jauh lebih murah dengan khasiat yang sama.

Meski demikian, ada hal-hal yang memang membuat harga obat mahal. Sebagian besar bahan baku obat masih diimpor dan tidak bebas pajak, seperti beras dan bahan pokok lain. Dengan demikian, harga obat lebih banyak ditentukan oleh harga bahan baku, kurs mata uang, dan pasar internasional. Kalau ada gejolak ekonomi yang memengaruhi perekonomian dunia, harga obat bisa naik. Misalnya kenaikan harga BBM atau krisis di suatu negara yang berdampak terhadap distribusi obat.

Selain itu, obat juga sudah menjadi komoditas atau industri yang harus memperhitungkan biaya riset, produksi, dan distribusinya. Obat adalah juga komoditas yang tak banyak diketahui oleh para konsumen atau pasien. Mereka ini, selain tak tahu (ignorance) terhadap obat yang harus dibayarnya, dalam hubungan pasien-dokter, pasien sebagai konsumen hampir selalu berada di pihak yang lemah. Terserah dokter, mau diberi obat apa.

Sebagian besar pasien meminta obat yang dianggap paling mujarab meski harganya mahal. Sementara banyak dokter tentu saja ingin memenuhi keinginan pasien. Urusan obat memang kadang tidak rasional karena yang dipertaruhkan adalah kesehatan, bahkan jiwanya sendiri. Maka, anggarannya sering tanpa batas, sampai ”kantongnya” kosong. Faktor psikologis ini yang dimanfaatkan bagian pemasaran atau detailmen obat yang mendatangi para dokter untuk menuliskan resep obat yang mereka pasarkan.

Dengan kenyataan seperti itu, yang terjadi justru keadaan yang berlebihan (overutilization). Obat yang semestinya tidak perlu—bahkan yang tidak perlu sama sekali pun—diberikan kepada pasien. Inilah yang membuat obat semakin mahal.

Kendali harga dan mutu

Dengan memerhatikan kondisi pasar obat, sebagaimana dikemukakan di atas, sesungguhnya masih ada celah untuk menurunkan harga obat. Kalau jumlah dan jenis obat yang beredar bisa ditekan sampai pada jumlah yang wajar—dengan syarat tetap memenuhi kebutuhan pengobatan/medik—harga obat bisa turun dengan mutu yang tetap terjamin. Sebab, obat yang tercantum dalam daftar obat itu adalah pilihan para ahli.

Di sinilah perlunya memiliki daftar obat atau formularium obat yang direkomendasikan untuk ditulis dalam resep sehingga tidak perlu jumlah dan jenis obat yang terlalu banyak. Kita mengenal daftar obat esensial atau formularium rumah sakit atau daftar obat yang digunakan perusahaan asuransi.

Dengan jumlah yang terbatas, apalagi kalau bisa bekerja sama dengan produsen obat, biaya produksi, pengadaan, dan distribusi obat bisa ditekan. Apalagi kalau dalam daftar obat/formularium itu memiliki harga plafon (harga tertinggi) untuk satu jenis obat yang harganya sangat bervariasi itu. Semakin besar pengguna daftar obat, semakin besar pula kemungkinan penurunan harga obat.

Pengalaman PT Askes Indonesia, dengan jumlah peserta sekitar 16 juta orang, bisa menjadi contoh. Sejak memperkenalkan Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) tahun 1987, terjadi penurunan belanja obat secara bermakna. Harga setiap jenis obat dalam DPHO bisa lebih rendah 30 persen dibandingkan dengan harga pasar. Semakin besar pengguna DPHO, semakin murah harga obat. Ini karena bagi produsen/pabrikan obat (pabrik obat), jumlah pengguna DPHO merupakan captive market yang sangat bermakna tanpa kegiatan pemasaran lagi. Dengan demikian, biaya produksi dan distribusi bisa turun.

Perlunya asuransi kesehatan

Maka, seandainya DPHO diberlakukan secara nasional, harga obat pasti tak akan semahal sekarang. Namun, hal ini baru bisa terwujud kalau sebagian besar penduduk Indonesia dicakup dalam program asuransi kesehatan, sebagaimana (antara lain) program Jaminan Kesehatan yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Di sinilah manfaat setiap program asuransi kesehatan di banyak negara, yang selain menjamin biaya pemeliharaan kesehatan juga mengendalikan harga dan mutu obat. Konsumen yang masih fragmented—karena cakupan program asuransi/jaminan kesehatan masih terbatas—adalah faktor penyebab berikutnya mahalnya harga obat di Indonesia.

Dengan gambaran seperti di atas, bermimpi harga obat murah bukanlah suatu kemustahilan. Syaratnya, Indonesia harus sudah mulai bersungguh-sungguh membangun sistem asuransi kesehatan sehingga sebagian besar atau seluruh penduduk Indonesia tercakup. Tanpa program asuransi kesehatan, harga obat tidak hanya mahal, tetapi juga semakin sulit dikendalikan, baik mutu maupun harganya.

Konsumen pun akan semakin fragmented karena tidak ada lembaga/badan penyelenggara asuransi kesehatan yang memiliki posisi tawar memadai untuk mengendalikan harga dan mutu obat. Kampanye obat generik tidak akan bermakna menurunkan harga obat. Kenyataan menunjukkan, pengguna obat generik masih sangat terbatas hingga hari ini. (kompas)

Sulastomo Direktur Operasi PT Askes Indonesia Periode 1986-2000

Selasa, 15 Februari 2011

SINTESIS IODOFORM

A. TUJUAN PERCOBAAN : Membuat Iodoform Dari Aseton Melaui Reaksi Substitusi Elektrofilik

B. DASAR TEORI

Pengertian Iodoform

Iodoform adalah senyawa yang dibentuk dari reaksi antara iodin dengan etanol / aseton dan asetaldehida dalam suasana basa.

Pembuatan Iodoform

Pembuatan Iodoform serupa dengan pembuatan kloroform, karena merupakan analog iodinnya. Akan tetapi berbeda dengan pembuatan kloroform, pada pembuatan iodoform pereaksi yang digunakan adalah natrium hipoiodit. Reaksinya terjadi antara senyawa karbonil yang memiliki gugus asetil (CH3CO-) dan natrium hipoidoit (NaOI). Iodoform yang diperoleh berupa kristal berwarna kuning, dengan titik leleh 1200C dan mempunyai bau yang khas. Iodoform dapat digunakan sebagai desinfektan dan antiseptik luar.

Reaksi Iodoform

Reaksi Iodoform adalah reaksi haloform dimana dalam reaksi tersebut digunakan iodida dari larutan alkali hidroksida (NaOH dan KOH) sehingga menghasilkan Iodoform.

SIFAT-SIFAT IODOFORM

a. Sifat Kimia Iodoform
1) Kondensasi lipidine ethiodide dari alkil menghasilkan cis-( 1-ethylguinoline-4-)-trimetinaiomine.
2) Iodoform dan kalium poidat membentuk CL4 – (tetraidometane)
3) Iodoform dapat di hidrogenasi di itomenasi (metilan iodida)
4) Iodoform bila dipanaskan dengan campuran anilin dan larutan NOH alkoholat karbilamine membentuk isosianida.
5) Iodoform dapat di hidrolisis dengan kuat.
6) Iodoform bila direduksi dengan Na2As2O4 akan membentuk metilen iodida.
7) Iodoform bila direaksikan dengan dan NaOH akan menghasilkan warna merah ungu pada lapisan piridin, setelah di panaskan sebentar.
8) Jika iodoform di panaskan dalam satu tabung kering, akan timbul uap yang berwarna violet dari iodium.
9) Test larutan AgHO3 reaksi dengan larutan AgHO3 (argentum nitrat) tidak memberikan endapan kuning perak iodida (Agl).
10) Tidak bereaksi dengan kolomel, HgO.

b. Sifat Fisika Iodoform

1) Bentuk berupa kristal kuning berkilauan
2) Bentuk bangun merupakan heksagonal dengan I sebagai pusatnya
3) Titik lebur 119-1230C
4) Berat jenis 4,00 gr/mil
5) Berat molekul 393,73
6) Komposisi C=3,05g; H=6,266; I=96,496
7) Mudah menguap (meyublim) pada suhu kamar
8) Terurai oleh pengaruh panas cahaya dan udara membentuk CO2, CO, I2, H2O
9) Memiliki bau yang khas
10) Sukar larut dalam air tapi mudah laut dalam akohol
11) Berguna dan acetor
12) Perlahan-lahan larut dalam petaoida atom
Kegunaan Iodoform

1. Sebagai pemusnah baktei iodoform digunakan sebagai antiseptik terhadap luka-luka lecet, karena membebaskan I2

2. Sebagai pencegah keluarnya nanah dan pencegah pertumbuhan bakteri.

Pembuatan Iodoform

Iodoform dapat dihasilkan dari :
1. Alkohol
Alkohol direaksikan dengan I2 dan KOH, maka mula-mula alkohol direaksika dengan alkanal.
Etanol kemudian beeaksi dengan I sehingga terbentuk triiodeotanol.
Dalam lingkungan KOH maka triodetanal berubah menjadi iodoform dan kalium metanoat
2. Aseton
Aseton direaksikan dengan I2 dan KOH, maka I2 akan mengoksidasi aseton.Dalam lingkungan basa (KOH) H3C-C-Cl3 di ubah menjadi iodoform dan kalium asetat
Dalam lingkungan basa (KOH) H3C-C-Cl3 di ubah menjadi iodoform dan kalium asetat.
3. Asam laktat
4. Secara elektrolisa
Aseton maupun atenal dapat di elektrolisa oleh KI an Na2CO3, elektrolisa dilakukan dengan elektroda platinum. Larutan yang ada mengandung K+, Na+, I-, CO2 dan H+ serta O- dari air. Ion-ion akan kehilangan muatan selama elektrolisa, H+ pada katoda, dan I- serta OH2 yang dibebaskan pada anoda, bereaksi bersama menghasilkan iopoiodit CO-. Larutan menjadi mengandung ion NaOI yang bereaksi dengan atenol atau asenal.
5. Iodoform dapat dibuat dengan semua zat bereaksi positif dengan positif dengan iodoform test.
Iodoform Test

Senyawa yang mengandung salah satu dari gugus –I-CH3 dan OH-CH3 akan bereaksi dengan I2 dalam NaOH memberikan endapan kuning iodoform. Reaksi ini adalah reaksi terhadap test.

Senyawa yang mengandung gugus –CHOHCH3 memberikan hasil positif pada iodoform test, karena karena itu pertama kali di oksidasi menjadi metal keton. Metal keton kemudian bereaksi dengan I2 dan ion Hidropodia menghasilkan iodoform. Gugus fungsional –COCH3, atau CHOHCH3 dapat diserang oleh anil, alkil, atau hydrogen. Etanol, acetaldehid, acetor, alkohol sekunder, aceta fenam, isopropyl alkohol, kunder, aceta fenon, metal keton yang lain, isopropyl alkohol asam laktat, hidrat tekstabil dari acetadehid, CH3 serta karbinal sekunder dimana satu gugusnya yang diserang CH adalah metal semuanya membuat reaksi positif terhadap iodoform test.

Secara umum senyawa dimana gugus metilnya diserang oleh gugus –CH3CO-, CH2 ICO-, atau CH2CO- yang ketika bergabung dengan atom hydrogen atau atom hydrogen/gugus aktif akan memberikan “sterie hindrance” (gangguan ruang) yang berlebihan.

Iodoform test akan bereaksi positif untuk senyawa apapun yang bereaksi dengan regent untuk memberikan turunan yang mengandung satu dari gugus yang di syaratkan. Sebaliknya senyawa yang mengandung satu dari gugus yang di syaratkan tidak akan memberikan iodoform bila gugus tersebut dirusak oleh oksihidrolitik dari reagent sebelum iodonasi sempurna. Jenis-jenis senyawa yang memberikan reaksi positif terhadap iodoform test: (R= radikal anil atau alkil, kecuali anil di-ortho, tersubtitusi radikal). Hal ini disebabkan senyawa gugus asetil di atas dipisahkan oleh reagent menjadi asam asetal yang menahan iodiasi. Iodoform test sering digunakan pula untuk menentukan kebebasan suatu senyawa suatu zat, dimana senyawa itu diketahui memberi reaksi positif terhadap test, sering digunakan untuk membedakan alkohol primer, sekunder, sekunder dan tersier (terutama melihat ada tidaknya alkohol sekunder). Struktur alkohol sekunder menghasilkan test positif terhadap iodoform test.
Tahap-tahap kerja rekristalisasi
1) Pemilihan pelarut
2) Melarutkan senyawa murni dalam senyawa padat atau dekat titik didihnya
3) Penyaringan larutan masih dalam keadaan panas dari partikel zat yang tidak larut
4) Pendinginan larutan yang masih panas tersebut, sehingga senyawa yang di larutkan akan mengkristal kembali
5) Pemisahan kristal dari larutan yang menyertainya
6) Pengeringan kristal
Cara pemilihan pelarut
1) Mempunyai daya pelarut yang tinggi untuk senyawa yang akan dimurnikanm pada suhu tinggi, dan mempunyai daya larut yang rendah pada suhu yang rendah
2) Titik didih rendah, untuk dapat mempermudah proses pengeringan setelah kristal terbentuk
3) Titik didih pelarut hendaknya lebih rendah dari titik lebur zat padat yang di larutkan tidak murni terurai pada saat pelarutan
4) Pelarut tidak bereaksi dengan pelarut yang akan di larutkan
5) Dapat menghasilkan bentuk kristal senyawa yang dimurnikan
6) Mudah dipisahkan dari senyawa yang mudah dimurnikan
7) Dapat memisahkan kotoran dari senyawa murninya dengan cepat
8) Ekonomis dan mudah diperoleh.
D. ALAT DAN BAHAN
Bahan :
• NaOH 10%
• NaOh merupakan basa kuat
• Digunakan dalam pembersihan minyak tanah, dalam pembuatan sabun, plastik, dan bahan kimia lainnya.
• Aseton
• Keton yang paling sederhana
• Diperoleh dari peragian pati
• Bercampur sempurna dengan air
• Merupakan pelarut senyawa organik
• KI
• Etanol 95%
Memiliki titik didih 78,50C
Jika dipanaskan pada 1800C dengan sedikit asam hidroklorida pekat, hasil etilen yang diperoleh cukup banyak.
• NaOCl 5%

E. PEMBAHASAN
Iodoform merupakan senyawa yang dibentuk dari treaksi antara iodin dengan etanol/ aseton dan asetildehida dalam suasan basa. Untuk membuat iodoform dari aseton digunakan reaksi elektrofilik.

10 gram aseton ditambah 10 gram iod dimasukkan ke dalam labu dasar datar. Penggunaan labu dasar datar supaya dapat berdiri tanpa dipegang. Kemudian , ditambahkan 20 ml NaOH sedikit demi sedikit (lewat corong pisah). Hal yang harus dihindari ialah jangan sampai terlalu banyak menambahkan NaOH sebab, dapat menyebabkan panas. Namun, apabila terjadi panas, segera dinginkan dengan lap basah atau dengan mengalirkan air kran atau air es. Fungsi dari penambahan NaOH adalah untuk menghasilkan kristal iodoform berwarna kuning. Setelah itu, dengan segera ditambahkan 300 cc air. Penambahan segera 300 cc air setelah terbentuk kristal kuning maksudnya untuk mengencerkan NaOH yang mungkin berlebih dan unutk mencegah kecepatan terhidrolisisnya iodoform yang terbentuk. Hasil kristal kuning yang diperoleh dan telah ditambahakan air segera disaring dengan corong buchner. Kemudian kristal dicuci sampai filtrat tidak bereaksi alkalis, atau bebas NaOH karena sisa NaOH dikristal dapat menyebabkan penguraian iodoform pada waktu kristalisasi dengan alkohol. Setelah itu dicuci dengan alkohol dan ditentukan titik lebur/ titik leleh. Pada percobaan diatas, titik leleh yang diperoleh yaitu 1060C.
H. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum, maka dapat diketahui bahwa iodoform dapat disintesis atau dibuat dari aseton melalui reaksi elektorilik. Titik leleh yang diperoleh adalah 1060C.

DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi Suminar.______. Kimia dasar prinsip dan terapan modern._____:____
Akhmadi Suminar.______. Kimia organik edisi ke enam._____:_________
Direktorat Jendral POM. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Tim Asistensi Kimia Organik II. 1993. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Bandung: Fakultas MIPA Bandung

5 Kebiasaan Baik Di Kamar Mandi

Ada orang yang menghabiskan waktu begitu lama ketika mandi, ada pula yang hanya butuh lima menit. Anda mungkin akan bertanya-tanya, apa sih yang dilakukan orang sehingga betah mendekam selama satu jam di kamar mandi? Ternyata, bukan hanya membasuh tubuh atau keramas saja, tetapi juga melakukan berbagai kebiasaan baik berikut ini.

Mencegah jerawat di punggung
Lakukan eksfoliasi, atau pengelupasan, pada kulit setiap beberapa hari. Gunanya untuk mencegah jerawat bermunculan di tubuh Anda (bukan hanya di wajah!). Pakai sarung tangan loofah atau body scrub yang dibuat dengan kandungan gula (gula lebih ringan daripada garam) untuk menyingkirkan sel-sel kulit mati yang bisa menyumbat pori-pori dan menyebabkan jerawat.

Meregangkan badan
Luangkan waktu sekitar dua menit untuk meregangkan punggung bawah Anda untuk melepaskan ketegangan di dalam pikiran dan otot-otot Anda. Lakukan gerakan squat (kaki dibuka sedikit lebih lebar dari bahu, posisi tubuh merendah seperti akan duduk) sambil merentangkan kedua tangan di depan tubuh. Biarkan air hangat menepuk-nepuk punggung bawah Anda, memberikan sensasi pijatan yang membuat rileks. Hawa panas merupakan pengobatan natural yang efektif untuk mengatasi ketegangan atau nyeri otot, dan membuat sesi peregangan menjadi lebih efektif.

Melonggarkan hidung tersumbat
Mandi air hangat bisa membantu Anda melonggarkan hidung yang tersumbat akibat pilek atau infeksi sinus. Jika kondisinya sangat parah, bawalah neti pot atau mangkuk berisi air panas ke dalam kamar mandi. Tundukkan kepala di atas mangkuk air panas, lalu bernafaslah di atas uap panasnya selama lima menit. Kemudian, isi mangkuk Anda dengan garam, dan gunakan air dari pancuran untuk menciptakan suhu yang pas. Uap panas tak hanya membuat Anda jadi lebih mudah bernafas, Anda juga tidak akan menghabiskan tisu karena harus mengeluarkan ingus.

Menghilangkan ketombe
Untuk membasmi ketombe secara alami, buat campuran bahan-bahan ini: secangkir cuka sari apel dan setengah cangkir air hangat. Setelah keramas, tuangkan campuran ini ke atas kepala, lalu pijat-pijat rambut dan kulit kepala Anda. Hal ini lebih mudah dilakukan di kamar mandi untuk mencegah air cuka tumpah di mana-mana. Anda tak perlu membilas rambut Anda, kecuali bila Anda tak tahan dengan baunya.
Menggosok tumit retak dan kasar
Udara dingin bisa menyebabkan kulit menjadi kasar, khususnya di bagian tangan dan kaki. Karena selalu menyentuh permukaan yang keras, kulit telapak kaki pun menjadi keras dan kering. Kalau sudah begitu, tumit mengalami retak-retak dan kadang-kadang perih. Untuk itu, Anda bisa melenyapkan kulit kering itu dengan menggosoknya dengan batu apung di kamar mandi. Ketika kaki masih dalam keadaan basah, kulit menjadi lebih lembut dan bagian yang kasar lebih mudah dihilangkan.

Senin, 07 Februari 2011

Dulu Sahabat, Kini Cinta

Evie, wanita manis berusia 27 tahun itu belakangan sedang menghadapi dilema. Ceritanya, Evie bersahabat erat dengan Kinoi selama 17 tahun sejak SD, SMP, SMA, hingga sama-sama dewasa dan bekerja. Tadinya persahabatan itu berjalan mulus dan indah.
Bahkan sampai Kinoi menikah dan memiliki dua anak, persahabatan itu tetap lestari. "Namun sudah tiga tahun ini batin gue tersiksa. Kedekatan gue bersama Kinoi berbuah kenyataan bahwa ternyata gue mencintai dan menginginkan Kinoi lebih dari seorang sahabat," tutur staf customer service di sebuah bank ini dengan nada sedih.
Evie sedih, gundah, dan merasa kebingungan. "Gue sadar cinta ini tak bisa menyatu dan gue tahu ini akan menyakitkan perasaan istri dan anak Kinoi," tutur Evie sambil menahan rasa sesak dalam dirinya. Kini Evie tak hanya merana karena cinta, tapi persahabatannya dengan Kinoi pun di ambang kehancuran. "Kayaknya Kinoi marah besar, dan itu membuat gue bersalah. Persahabatan kami jadi hancur tak keruan."
Lain lagi kisah Risma Sjahrir. Wanita pengusaha di bidang racikan formula parfum organik ini baru tiga tahun meniti hidup di Indonesia setelah tinggal lama di luar negeri. Selama di Tanah Air, Risma bersahabat dengan teman pria yang sudah menikah bernama Refi. Bersama Refi, Risma membangun jaringan bisnis dan saling mendukung. "Kedekatan dan faktor dia selalu ada bersamaku, termasuk membantu dan memberi dukungan ketika aku mengalami kesulitan, membuatku punya pengharapan lebih dari hubungan ini."
Namun Risma menyadari situasi persahabatan, termasuk kondisi Refi yang sudah berkeluarga, membuatnya harus tegar menghadapi kenyataan ini. "Sangat sulit, begitu menyakitkan memang. Persahabatan indah ini harus terjerat cinta yang mungkin tulus membelit kami. Aku berusaha ikhlas dan pasrah menunggu sikap kepastian dan ketegasan darinya," tutur Risman, sedih.
Memang tak mudah menghadapi dilema semacam itu. Psikolog Miranti Aseva mengatakan persahabatan dengan lawan jenis bermata dua. "Banyak yang menyangsikan bahwa lawan jenis bersahabat abadi itu tidak mungkin. Menjadi mungkin akan langgeng, ya, bila mereka menjadi belahan jiwa dan menikah," kata psikolog alumnus Universitas Indonesia yang banyak menangani kasus seputar hubungan bisnis, keluarga, dan pertemanan ini.
Mira menuturkan, persahabatan tidak hanya mendasar pada kepercayaan, tapi juga membutuhkan pengertian atas kesetiaan dan privasi diri. Tapi yang harus disadari dalam persahabatan ini adalah kadang ada sebuah lubang bernama kehancuran, apalagi bila pemicunya adalah perasaan suka dan cinta yang ditimbulkan dari persahabatan lawan jenis. "Persahabatan (dengan) lawan jenis memang sering mengalami pasang-surut, termasuk dilema cinta," ujarnya.
Menurut Mira, menetralkan kungkungan perasaan ini susah-susah mudah. Mira lalu mengutip penjelasan dalam buku The Secret Language of Relationship karya Joost Elffers, bahwa salah satu cara ampuh adalah break atau menghilang dalam waktu tertentu. Pada masa jeda tersebut, biasanya bila itu persahabatan sejati akan ketemu dan terjalin kembali.
Begitu pula bila ternyata dari masa jeda itu keduanya memang belahan jiwa atau cinta sejatinya, lalu menikah. Ini pun sering terjadi. "Ada banyak faktor yang memicu rasa cinta dalam persahabatan. Bisa terjadi secara alami, seleksi alam, atau yang sering karena provokasi atau intervensi dari luar."
Mira mencontohkan, ada sebuah persahabatan lawan jenis yang sudah puluhan tahun, yang satunya lajang, satu menikah. Awalnya biasa-biasa saja. Tapi, ketika lingkungan atau masyarakat di sekitar melihat begitu lekat dan begitu akrabnya kedekatan mereka, muncul rasa sangsi tentang persahabatan ini. Bahkan muncul dugaan hubungan ini lebih dari sekadar sahabat.
"Nah, hal begini yang bahaya dan sering terjadi. Keduanya jadi tidak bisa jernih, justru terpancing. Tapi sekali lagi, kalau dasar persahabatan itu di atas segalanya, tidak akan muncul potensi ini."
| HADRIANI P
Bersahabat tanpa Harus Jatuh Cinta
Berikut ini adalah tip bagaimana menjalin persahabatan dengan lawan jenis bisa jalan terus, tanpa harus terbelit, dan tidak mengundang perasaan suka atau jatuh cinta.
1. Sepakat dan berkomitmen bahwa persahabatan terjalin atas nama kepercayaan.
2. Usahakan sesering mungkin menceritakan masalah yang universal dan condong pada kehidupan asmara di antara kedua pihak. Dengan demikian, pembicaraan akan terasa netral dan adanya rasa empati bagi kedua belah pihak.
3. Persahabatan di depan umum sebaiknya dalam norma atau tatanan yang wajar, bukan atau tidak terlalu menunjukkan kedekatan.
4. Sebaiknya melakukan curahan hati melalui alat komunikasi telepon, e-mail, chatting, dan jejaring sosial. Hindari pertemuan yang terlalu sering.
5. Bersikap be your self dan to be honest, berani mengatakan yang sejujurnya, serta tidak mengada-ngada.
6. Seringlah saling berkonsultasi dan berkomunikasi tanpa ada rasa canggung.
7. Memiliki perasaan senang-susah, suka-duka, dan senyum lara dalam persahabatan yang mengedepankan kepentingan bersama dengan dilandasi sikap kesetiaan yang tulus dan abadi, bukan basa-basi semata.
8. Berani menyampaikan sesuatu yang buruk menyangkut diri kedua pihak sahabat dengan sikap terbuka dan dewasa. Ingat, friendship is like a ship that never sink!

Minggu, 06 Februari 2011

Cerdas Memilih Obat dan Mengenali Penyakit Cerdas Memilih Obat dan Mengenali Penyakit View larger image


Memang tak salah menganggap bahwa pemberian obat adalah wewenang dokter. Faktanya memang dokter yang memiliki keahlian mendiagnosa penyakit pasiennya.
Namun, tahukah Anda tentang manfaat dan kemungkinan bahaya yang dimiliki oleh obat-obatan penyembuh penyakit Anda itu?
Bila tubuh Anda ingin senantiasa sehat dan selalu bugar, maka sudah saatnya Anda memperhatikan cara Anda mengonsumsi obat-obatan penyembuh itu. Karena dengan mengetahui sistem kekebalan tubuh Anda dan manfaat serta cara penggunaan obat yang benar, Anda akan bisa lebih sehat dengan penggunaan obat yang cerdas dan cermat.
Temukan pula tips-tips:
- Pembuatan depot di rumah sendiri
- Cara mudah memahami kebenaran resep dokter
- Sehat dari sistem kekebalan tubuh sendiri
- Memilih obat berdasarkan khasiatnya bukan berdasar rayuan iklan
- Mengenal manfaat tanaman obat tradisional
- Memahami manfaat antibiotika berdasar usia seseorang

Peringatan BPOM RI tentang obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat

Apakah produk obat tradisional yang beredar saat ini benar-benar menggunakan bahan alami dan bebas dari bahan lain ? belum tentu. Sebagai konsumen anda harus hati-hati karena berdasarkan analisis hasil pengawasan Badan POM RI terhadap kemungkinan dicampurnya obat tradisional dengan bahan kimia obat (OT-BKO) ditemukan kecenderungan ditemukannya OT-BKO pada jamu yang menghilangkan nyeri akibat rematik dan penghilang rasa sakit. Untuk obat tradisional yang ini biasanya ditemukan Fenilbutason dan Metampiron.
 
Sejak tahun 2007 temuan OT-BKO menunjukkan perubahan trend ke arah obat pelangsing dan stamina, antara lain mengandung Sibutramin, Sildenafil, dan Tadalafil. Sebagian besar hasil temuan pengawasan tersebut merupakan produk
ilegal atau tidak terdaftar di Badan POM RI, tetapi mencantumkan
nomor pendaftaran fiktif pada labelnya.

Oleh karena itu Kepada masyarakat diserukan agar berhati-hati dan waspada serta tidak mengkonsumsi obat tradisional sebagaimana tercantum dalam lampiran public warning/peringatan ini karena dapat menyebabkan dampak buruk terhadap kesehatan bahkan dapat berakibat fatal.

Indonesia baru memiliki 2 rumah sakit berstandar internasional

Mutu pelayanan rumah sakit dalam beberapa tahun terakhir ini dipertanyakan banyak pihak, banyaknya kasus-kasus dan laporan ketidakpuasan pasien membuat perlu adanya peraturan dari pemerintah dalam hal standarisasi mutu rumas sakit. dalam upaya mendukung peningkatan mutu rumah sakit, pemerintah telah membuat kebijakan yang dituangkan dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan  No. 659 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia dan SK Menteri Kesehatan No. 1195 Tahun 2010 tentang Lembaga Akreditasi Rumah Sakit Bertaraf Internasional.
Pada saat ini Indonesia baru memiliki  2 (dua) rumah sakit di Indonesia menyandang standar internasional, yaitu Siloam Gleneagles Hospital Karawaci Banten dan Santosa Hospital Bandung. Khusus untuk Santosa Hospital menjadi rumah sakit pertama di Jawa Barat yang mendapatkan akreditasi dari Joint Commission International (JCI) yang berpusat di Amerika Serikat, dengan hasil yang menggembirakan yaitu tingkat kepatuhan terhadap standar internasional mencapai lebih dari 97%.
Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH pada saat menghadiri syukuran keberhasilan Santosa Hospital meraih akreditasi Internasional, sekaligus meresmikan perluasan ruang rawat inap khusus amal (Charity Ward) bagi peserta Jamkesmas dan Jamkesda di Jalan Kebonjati No. 38 Bandung mengatakan, "memasuki era globalisasi dan persaingan pasar bebas diperlukan peningkatan mutu dalam segala bidang, diantaranya peningkatan pelayanan yang bermutu di rumah sakit  menuju kualitas pelayanan global yang diakui secara internasional."
Untuk menjaga kualitasnya, Pada pasal 40 UU No. 44 tahun 2009 disebutkan, dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali. menkes menegaskan bahwa Hal tersebut menunjukkan besarnya perhatian pemerintah terhadap mutu pelayanan rumah sakit sekaligus mengisyaratkan bahwa arah pengembangan mutu pelayanan rumah sakit adalah menuju pelayanan internasional. Selain itu dalam upaya menuju pelayanan internasional, pemerintah tidak hanya bergerak pada undang-undang dan peraturan melainkan juga pada sistemnya dengan memperbaiki sistem penyelenggaraan akreditasi. Saat ini tengah dilakukan penyempurnaan akreditasi menuju akreditasi internasional.

Tujuh Pilar Kesehatan


Kesehatan adalah hal yang penting dalam kehidupan anda. Segala aktifitas anda, baik itu bekerja, bersosialsiasi dengan masyarakat, bermain dengan anak dan hal lain akan menjadi optimal jika anda memiliki kesehatan yang baik.

Akan tetapi pada dasarnya kesehatan tubuh anda yang menjadikannya sehat adalah diri anda sendiri. Pola hidup dan cara anda mengkonsumsi bahan makanan dan minuman juga menjadi faktor yang penting dalam membuat tubuh anda agar memiliki kesehatan yang baik.

Apakah hal-hal yang perlu anda perhatikan agar memiliki kesehatan yang baik ? Dr. Don Colbert mengatakan dalam bukunya yang berjudul The Seven Pillars of Health bahwa ada tujuh prinsip dasar yang menjadi panduan agar anda memiliki kesehatan yang baik yaitu bahwa tubuh membutuhkan :
  1. Water
  2. Sleep and rest
  3. Living food
  4. Exercise  
  5. Detoxification  
  6. Supplements
  7. Coping with stress Colbert

Dalam bukunya Dr. Don Colbert akan memberikan panduan yang lengkap tentang bagaimana merencanakan program hidup yang sehat dengan menggunakan tujug prinsip dasar tersebut.

Mengakhiri Kolusi Dokter dan Perusahaan Farmasi

Apakah kolusi dokter dan perusahaan farmasi itu riil? Apa bentuknya? Apa akibtanya? Siapa yang dirugikan? Apa sanksinya? Inilah antara lain pertanyaan yang banyak disampaikan konsumen.

Ketika Anda berobat ke dokter, pasti harapannya adalah kesembuhan. Anda tidak tahu apa penyakit Anda, sebagaimana Anda juga tidak tahu pilihan obat yang tepat untuk kesembuhan Anda. Sehingga Anda datang berobat ke dokter, karena dokterlah yang bisa mendiagnosis penyakit dan memilih obatnya. Dalam hubungan itu Anda menyerahkan sepenuhnya pilihan obat untuk kesembuhan Anda kepada dokter, yang kemudian menuliskan �resep'.   

Namun tanpa disadari, begitu Anda datang berobat ke dokter, ada kepentingan  lain di luar hubungan Anda dan dokter. Perusahaan-perusahaan farmasi berharap bagaimana agar dokter yang memeriksa Anda meresepkan obat-obatan produksi mereka. Obat yang diresepkan sang dokter kemudian Anda tebus ke apotik. Dan sesaat kemudian Anda terkejut. Ternyata obat yang sangat diperlukan untuk kesembuhan Anda sangatlah mahal, malah bisa di luar perkiraan semula.  

Dalam keadaan demikian hanya dua pilihan: pembelian obat ditunda atau Anda menebus separohnya. Anda tidak akan tahu mengapa obat yang dibutuhkan itu mahal, sepertihalnya Anda tidak tahu mengapa dokter meresepkan obat yang mahal. Dan kita juga tidak akan pernah tahu apakah jenis dan kualitas obat mahal yang diresepkan dokter berguna atau tidaknya bagi kesembuhan anda.

Obat resep dokter � ya mahal. Kenapa? Karena obat berasal dari perusahaan farmasi yang punya kepentingan finansial terhadap resep yang ditulis dokter. Dengan kata lain, sakitnya pasien dan penulisan resep dokter menjadi substansi hubungan kolusi dan marketing bisnis perusahaan farmasi. Apakah Anda tahu itu? Mungkin menduga-duga. Tetapi perusahaan farmasi sejatinya tidak menginginkan Anda tahu hubungan mutualisma mereka.  Anda sakit, ingin sembuh, lalu berobat ke dokter, terus dokter memberi resep obat, Anda tebus ke apotik dan harganya mahal. Kalau ingin sembuh, bagaimanapun Anda harus membelinya. Take it or leave it.

Begitulah fenomena di tengah masyarakat yang seolah dijustifikasi. Mahalnya  harga obat dianggap sesuatu yang lumrah dan wajar, tanpa berusaha  menggali akar permasalahan dan mencari solusinya. Naifnya lagi, pemikiran ini juga ada pada mereka-mereka yang menerima amanah rakyat untuk mengurus masalah kesehatan di negeri ini. Adanya kolusi dokter dan  perusahaan farmasi menjadi penyebab mahalnya harga obat dinegeri ini. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balibang) - Departemen Kesehatan RI dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mensinyalir mahalnya harga obat di Indonesia 200 kali lipat dari harga obat di pasaran dunia (Liputan 6 SCTV, 23 Juli 2007).

Keadaan ini diakui Prof. Agus Purwadianto, Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) yang sekarang Kepala Biro Hukum dan Organisasi � Departemen Kesehatan. Menurut dia, kolusi dokter - perusahaan farmasi sudah melanggar kode etik dan disiplin kedokteran. Sebab, dokter memberikan resep bukan berdasarkan penyakit pasien, melainkan gejala penyakit yang telah diperkirakan dokter sebelumnya. Obat yang diresepkan berdasarkan kontrak perusahaan farmasi dengan dokter. 

Dampak dari praktek �dokter kontrak' ini menyebabkan harga obat tinggi. Perusahaan farmasi membebankan biaya insentif dokter sebesar 20 % (dua puluh persen) itu dari harga obat'. Selanjutnya ditegaskan : �Praktek kolusi ini dilakukan oleh seluruh dokter di Indonesia. Sebagian besar dokter tersebut bekerja sama dengan perusahaan obat lokal yang tergabung dalam Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi'. Namun, Ketua GP Farmasi Anthony Charles Sunarjo menyatakan tidak pernah ada laporan soal kolusi antara dokter dan farmasi, sehingga sulit bagi asosiasi ataupun Mejelis Etik Usaha Farmasi Indonesia untuk memberikan sanksi �.. �Saya tidak bilang tidak ada, tetapi memang tidak ada buktinya' (Koran Tempo, 16 Agustus 2007).

Hal ini dibenarkan Kartono Mohammad, mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Perselingkuhan produsen obat dengan dokter memang sulit dibuktikan. Namun bukan tidak bisa diraba, misalnya dari jumlah dan jenis obat yang diresepkan seorang dokter. Bukan hal yang aneh dalam satu resep terdapat sampai lima jenis obat, padahal yang dibutuhkan pasien sebenarnya cuma tiga jenis obat. Ada obat yang tidak perlu diberikan, tapi tetap ditulis dalam resep. Begitu juga jika semua obat yang diresepkan berasal dari produsen yang sama (Liputan 6 SCTV, 23 Juli 2007).

Dengan demikian, sinyalemen kolusi dokter dengan perusahaan farmasi bagaikan angin, terasa ada tapi tidak bisa ditangkap.

Mata rantai kolusi

Dari hasil pengamatan, niat, kemauan atau gagasan untuk berkolusi bukan hanya datang dari perusahaan farmasi. Adakalanya atas permintaan  dokter. Perusahaan farmasi memproduksi obat bermerek (paten) untuk dijual. Sedang dokter punya kewenangan menentukan obat. Dengan cara itu perusahaan farmasi berkepentingan obatnya laku terjual.  Uniknya, pemasaran obat oleh perusahaan farmasi dilakukan dengan sistem �detailing': perusahaan farmasi melalui jaringan distributor melakukan pendekatan tatap muka dengan dokter yang berpraktek di rumah sakit atau praktek pribadi.  Kegiatan detailing ini mempunyai berbagai nuansa, termasuk adanya komunikasi untuk mendapatkan situasi yang saling menguntungkan antara dokter dan  perusahaan farmasi. Dan dalam komunikasi inilah terbuka kemungkinan terjadinya kolusi dokter dengan perusahaan farmasi.

Sebaliknya, dokter punya kepentingan terhadap komisi dari  perusahaan farmasi.  Dari sinilah lahir permufakatan kedua belah pihak, yang disebut kolusi atau conpiracy of silent. Yang berperan aktif  menggalang permufakatan  ini adalah para detailer atau Marketing Representatif/MR. Mereka secara berkala selalu melakukan kunjungan ke dokter-dokter. Jumlah tempat praktek, terutama jumlah konsumen berobat menjadi ukuran untuk menentukan bentuk, arah permufakatan dan besaran kompensasi. Walau tidak semua dokter melakukan kolusi dengan perusahaan farmasi,  kompensasi kolusi itu tetap menggiurkan. Misalnya pemberian uang/barang, mensponsori seminar dan  fasilitas akomodasi serta acara family gathering sampai ke pembayaran angsuran leasing mobil.

Perusahaan farmasi menghitungnya sebagai �biaya promosi' yang dimasukkan ke dalam �biaya produksi'. Sehingga biaya produksi menjadi tinggi dan harga obat menjadi mahal. Mahalnya harga obat sepenuhnya menjadi tanggungan konsumen. Prof. Agus Purwadianto menyebutkan  20 % dari harga jual obat yang dialokasikan perusahaan farmasi untuk biaya promosi. Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) dokter Marius Widjajarta memperkirakan angka Rp500 miliar per tahun dikeluarkan perusahaan farmasi untuk biaya promosi. Namun perlu diyakini,  jumlah uang  beredar di kalangan dokter secara keseluruhan lebih dari 20 % dan lebih dari Rp. 500 miliar.

Ketua Ikatan Sarjana Farmasi (ISFI) Haryanto Dhanutirto memprediksi perusahaan farmasi memberikan diskon kepada dokter sampai 40 % dan kepada apotik 5% - 10%. Sedangkan Syofarman Tarmizi, Direktur Pemasaran Kimia Farma memperkirakan jumlah dana yang masuk ke dokter-dokter sekitar Rp10,5 triliun dari jumlah Rp20,3 triliun total market obat di Indonesia (Media Indonesia Online, 04 Juni 2007).

Dari uraian di atas semakin jelas bahwa kolusi  menyebabkan harga obat merek/paten yang selama ini dikonsumsi konsumen Indonesia menjadi sangat mahal melebihi harga obat di luar negeri.

Aspek hukum perbuatan kolusi
Walau kolusi dokter - perusahaan farmasi sulit dibuktikan, pada tahun 2002 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengantisipasinya melalui perangkat Surat Keputusan (SK) Kepala BPOM No. HK.00.05.3.02706 tentang Promosi Obat. Pasal 9 SK ini memuat sejumlah larangan bagi Industri Farmasi dan/atau Pedagang Besar Farmasi.

Mereka dilarang (a) melakukan kerja sama dengan apotik dan penulis resep; (b) kerja sama dalam pengresepan obat dengan apotik dan/atau penulis resep dalam suatu program khusus untuk meningkatkan penjualan obat tertentu; (c) memberikan bonus/hadiah berupa uang (tunai, bank draft, pinjaman, voucher, tiket) dan/atau barang kepada penulis resep yang meresepkan obat produksinya dan/atau yang didistribusikan. Sedangkan pengawasan terhadap kegiatan promosi obat oleh perusahaan farmasi dilakukan sepenuhnya BPOM dengan membentuk komisi independen.  

Mereka yang melanggar larangan tadi bisa dikenakan sanksi mulai dari peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan, hingga pencabutan izin edar obat bersangkutan.

Mengacu pada sanksi pidana sebagaimana dimaksud SK BPOM tadi, pasal 62 Ayat (1) UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan :  �Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, pasal 9, pasal 10, pasal 13 Ayat (2), pasal 15, pasal 17 Ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lima tahun atau pidana denda maksimal dua miliar.

Sayang, langkah mundur justru datang dari Departemen Kesehatan yang  pada tanggal 11 Juni 2007 memfasilitasi kesepakatan bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan GP Farmasi membentuk �Etika Promosi Obat'. Padahal izin usaha perusahaan farmasi dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan berdasarkan Pasal 4 Ayat (1) SK Menkes RI No.1191/Menkes/SK/IX/2002 tentang Perusahaan Besar Farmasi. Demikian juga  izin praktek dokter dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan berdasarkan pasal 37 UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.

Seharusnya Depkes proaktif menghentikan kolusi dokter - perusahaan farmasi sekaligus melindungi rakyat dari kesulitan membeli obat. Caranya, antara lain menerapkan perangkat hukum dengan sanksi yang tegas dan pasti. Bukan sebaliknya menerbitkan etika/kode etik yang justru cukup dan terbatas hanya di lingkungan organisasi masing-masing, seperti Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) untuk kalangan dokter.

Ada beberapa poin �Etika Promosi Obat' yang patut dikemukakan di sini. Pertama, seorang dokter dalam melakukan pekerjaan kedokterannya tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi. Kaitannya dengan promosi obat adalah dokter dilarang menjuruskan pasien untuk membeli obat tertentu karena dokter yang bersangkutan telah menerima komisi dari perusahaan farmasi tertentu. Kedua, dukungan apapun yang diberikan perusahaan farmasi kepada seorang dokter untuk menghadiri pertemuan ilmiah tidak boleh didikaitkan dengan kewajiban untuk mempromosikan atau meresepkan suatu produk. Ketiga, perusahaan farmasi boleh memberikan sponsor kepada seorang dokter secara individual dalam rangka pendidikan kedokteran berkelanjutan, yaitu hanya untuk biaya registrasi, akomodasi dan transportasi dari dan ke tempat acara pendidikan kedokteran berkelanjutan.

Keempat, perusahaan farmasi dilarang memberikan honorarium dan atau uang saku kepada seorang dokter untuk menghadiri pendidikan kedokteran berkelanjutan, kecuali dokter tersebut berkedudukan sebagai pembicara atau menjadi moderator. Kelima, dalam hal pemberian donasi kepada profesi kedokteran, perusahaan farmasi tidak boleh menawarkan hadiah/ penghargaan, insentif, donasi, finansial dalam bentuk lain sejenis, yang dikaitkan dengan penulisan resep atau anjuran penggunaan obat perusahaan tertentu. Keenam, pemberian donasi dan atau hadiah dari perusahaan farmasi hanya diperbolehkan untuk organisasi profesi kedokteran dan tidak diberikan kepada dokter secara individual. Terakhir, ketujuh, Ikatan Dokter Indonesia harus menyusun dan memverifikasi berbagai kegiatan resmi organisasi, khususnya yang berkaitan dengan sponsorship atau pendanaan dari anggota GP Farmasi Indonesia serta melakukan koordinasi dengan perusahaan farmasi untuk tindak lanjutnya.

Sebelum adanya Etika Promosi Obat, sejak tahun 1983 telah berlaku Kode Etik Kedokteran Indonesia. Pasal 3 KODEKI menetapkan bahwa dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.  

Apakah dengan KODEKI ini prilaku dokter berubah sejak tahun 1983, sementara pelayanan medis dokter semakin mengarah pada �profit oriented', dibandingkan �service oriented' atau �social oriented'?. Masalahnya, harga obat tetap  tinggi dan kolusi diduga tetap berjalan.  

Perusahaan farmasi maupun dokter akan selalu menyiasati dengan berbagai cara menghindar dari ketentuan KODEKI maupun Etika Promosi Obat yang notabene tidak memiliki kekuatan hukum apapun, baik sanksi maupun eksekutorialnya.  Cara yang lazim dilakukan antara lain melampirkan brosur  seminar/temu ilmiah pada lembar transfer bank dan mengalokasikan komisi dokter pada jumlah gaji staf marketing guna menghindari keterlibatan perusahaan secara lansung.

Kolusi sebagai tindak pidana korupsi
Wantan Wakil Ketua Komisi Pemberatasan Kosupsi (KPK) Syahruddin Rasul mengatakan, bahwa korupsi itu terjadi karena �power tidak disertai dengan akuntabilitas' (�Patofisiologi Korupsi Di Bidang Kesehatan', Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 01 Maret 2006). Makna akuntabilitas adalah pertanggung jawaban dari seseorang yang diberi amanah untuk melaksanakan tugas kepada pihak yang memberikan amanah. Dokter sebagai tenaga professional memiliki power dan kewenangan untuk memutuskan diagnosis apa yang dia yakini benar, kewenangan memberikan perawatan dan pengobatan atas diagnosis yang telah diputuskan.

Mengacu pada model yang dikemukakan Syahruddin Rasul, maka power dan kewenangan yang dimiliki dokter sebagai tenaga profesional harus akuntabel. Seandainya tidak akuntabel atau tidak bisa diaudit keputusan-keputusannya, maka peluang korupsi akan tercipta.

Dasar hukum untuk melakukan audit terhadap semua keputusan dokter berupa diagnosis dan tindak lanjutnya tertuang dalam Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan No. 434/Menkes/SK/X/ 1983 tentang Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). Menurut regulasi ini, seorang dokter hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian, dapat �dibuktikan' merupakan kata kunci yang memberi peluang untuk dilaksanakannya audit terhadap semua keputusan yang ditetapkan dokter dalam menggunakan power dan kewenangannya itu.

Relevan dengan itu, UU Pemberatasan Tindak Pidana Korupsi memuat ketentuan �gratifikasi', yaitu pemberian dalam arti luas yang meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa uang, ticket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya, dengan ancaman hukuman pidana seumur hidup, atau pidana paling singkat 4 tahun dan pidana denda antara Rp200 juta hingga Rp1 miliar.

Dengan demikian, kolusi dokter � perusahaan farmasi berpotensi untuk dibawa ke ranah korupsi. Konsumen yang merasa dirugikan ulah dokter dan perusahaan farmasi bisa melapor ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Celakanya, hingga saat ini KODEKI dan Etika Promosi Obat belum bisa sepenuhnya mengubah prilaku dokter dan perusahaan farmasi.

Oleh: Muhammad Ichsan, SH. 
*) Penulis adalah advokat di Jakarta. Ketua Lembaga Advokasi dan Bantuan Hukum Konsumen Indonesia (LABHKI), dan Sekjen Asosiasi Penasehat Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (APHI).

Kamis, 03 Februari 2011

BOBOT BADAN, LUAS PERMUKAAN DAN SUHU TUBUH

1. Bobot badan dan luas permukaan tubuh
Tujuan percobaan ini adalah untuk melihat relevansi bobot badan,usia dan luas permukaan tubuh terhadap perhitungan dosis
Usia,bobot badan dan,luas permukaan tubuh  dapat digunakan untuk menghitung dosis anak dari dosis dewasa.
Bobot badan digunakan untuk menghitung dosis yang dinyatakan dalam mg/kgbb.akan tetapi perhitungan dosis anak dari dosis dewasa berdasarkan bobot badan  saja, seringkali menghasilkan dosis anak yang terlalu kecil karena anak mempunyai laju metabolisme yang lebih tinggi sehingga per kg berat badannya seringkali membutuhkan dosis yang lebih tinggi daripada orang dewasa(kecuali pada neonatus).
Luas permukaan tubuh lebih tepat untuk menghitung dosis anak karena banyak fenomena fisik lebih erat hubungannya dengan luas permukaan tubuh. .
Menghitung  dosis untuk anak-anak ada yang berdasarkan usia,bobot badan dan luas permukaan tubuh.
1. Menghitung dosis berdasarkan usia dengan rumus young dan rumus  Augsberger.
2. Menghitung dosis berdasarkan bobot badan dengan menggunakan rumus Clark  yaitu   dosis anak =  W  /  68 x Dosis dewasa
3. Menghitung dosis berdasarkan luas permukaan badan sebetulnya paling tepat mengingat ada hubungan langsung antara permukaan badan dengan kecepatan metabolisme obat.misalnya dengan parameter eliminasi seperti filtrasi glomerulus, volume dan arusnya di ginjal lagi pula pada nak-anak,permukaan badannya relatif lebih besar daripada bobot badannya.Semakin bertambah usia,maka perbandingan antara permukaan badan dan bobotnya akan menjadi lebih kecil apalagi untuk obat-obat yang mempunyai luas terapi sempit. Ditentukan berdasarkan luas permukaan badan.dengan rumus
Dosis anak = 0,5738 x W l / 0,3964 x 0,024265 m2
Daftar berikut ini adalah perkiraan dosis bayi dan anak terhadap dosis dewasa yang dihitung berdasarkan bobot badan




Umur Bobot badan(dalam kg) Dosis bayi dan anak terhadap dosis dewasa
Bayi prematur

Bayi baru lahir
2 bulan
4 bulan
12 bulan
3 tahun
7 tahun
10 tahun
12 tahun
14 tahun
16 tahun
1,13 1,81
2,27
3,18
4,54
6,35
9,98
14,97
22,68
29,94
35,52
45,36
54,43
2,5 – 5 % 4 – 8 %
5 10 %
12,5 %
15 %
20 %
25 %
33 %
50 %
60 %
75 %
80 %
90 %

  1. 2. SUHU TUBUH

Suhu tubuh  konstan penting untuk aktivitas enzimatik normal,enzim berfungsi dalam rentang suhu tubuh yang pendek yaitu dari 36,1 – 37,8 C
.           Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh yaitu irama diurnal, jenis kelamin dan usia individu.
Keseimbangan antara produksi panas dan pengeluaran panas dipertahankan oleh mekanisme homeostatik oleh hipotalamus
  1. Produksi panas berlangsung melalui reaksi katabolisme makanan dan regulator aktivitas otot. Dalam kondisi basal,hati memproduksi 20%,otak 15 % ,jantung 12 %  panas tubuh dan sisanya oleh otot.
  2. Pengeluaran panas 20 % terjadi melalui proses-proses fisik seperti:
    1. Radiasi, pemindahan panas dlm bentuk sinar infrared antar objek yg tdk bersentuhan, ›50% panas dikeluarkan dgn radiasi
    2. Konduksi, pemindahan panas antara objek yg bersentuhan (kompres)
    3. Konveksi, pemindahan panas ke media bergerak (udara & air) saat suhunya lebih rendah
    4. Evaporasi, pemindahan dan pengeluaran panas melalui difusi molekul air yg menembus permukaan tubuh ke udara (keringat)
Sisanya 80 % melalui kulit, sisanya melalui :
-       membran mukosa saluran pencernaan dapat mengakibatkan          defekasi
-       pernafasan mengakibatkan Penguapan
-       saluran  urinaria menjadi Urinasi.
Pengaturan suhu tubuh
Pusat termoregulator hipotalamus merupakan sekelompok saraf pada area preoptik dan hipotalamus posterior yang berfungsi sebagai termostat yaitu memelihara suhu tubuh antara 35 dan 41 C . Termostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun atau naik sampai diatas titik ini ,pusat akan memulai impuls untuk menahan panas atau meningkatkan pengeluran panas. Hipotalamus memperthankan pengaturan suhu dengan menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas untuk menjaga suhu tubuh

Mekanisme  penahanan panas
  1. Vasokonstriksi pembuluh darah perifer, akibat stimulasi saraf simpatis ,akan mengurangi aliran darah dan pengeluaran panas melalui kulit,serta menahan darah hangat pada bagian inti tubuh
  2. Peningkatan aktivitas muskular,seperti kontraksi otot volunter dan involunter akan meningkatkan produksi panas.
  3. Mekanisme hormon yang meliputi peningkatan produksi efinefrin,norefinefrin,tiroksin dan glukokortikoid,meningkatkan metabolisme dan produksi panas

Mekanisme pengeluaran panas

  1. Vasodilatasi pembuluh darah perifer ,akibat inhibisi saraf simpatis,menyebabkan peningkatan aliran darah ke permukaan tubuh untuk memperbesar pengeluaran panas dan mengurangi tonus otot sehingga produksi panas berkurang.
  2. Peningkatan sekresi kelenjar keringat  akan meningkatkan pengeluaran panas melalui evaporasi

Alat dan cara mengukur suhu tubuh
Alat pengukur suhu tubuh yaitu ada termometer air raksa,termometer digital dan termometer bentuk strip .terbuat dari plastik
Ada 3 cara untuk mengukur suhu,yaitu termometer di masukkan dalam liang dubur, di bawah lidah atau diketiak selama 3-5 menit.Pengukuran di dalam dubur memberikan suhu yang tepat ,dibawah lidah dan ketiak menghasilkan suhu yang masing-masing lebih kurang 0,5 dan 1 C lebih rendah daripada yang sebenarnya.
Referensi
  1. Sloane ethel.,2004,Anatomi dan fisiologi untuk pemula,penerbit buku kedokteran EGC,Jakarta.
  2. Anonim,2002,ISO indonesia.ISFI,Jakarta.
  3. Tan hoan tjong dan kirana rahardja,1993,Swamedikasi,Depkes,Jakarta.
  4. Tan hoan tjong dan kirana rahardja,2002,Obat-obat penting edisi kelima,PT.Elex media komputindo,Jakarta.

SISTEM URINARIA (SISTEM PERKEMIHAN)



Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu system kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan bayak fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian.
Sistem perkemihan melibatkan 6 organ, yaitu:
-  Ginjal
-  ureter
-  Kandung Kemih
-  Saluran Kencing (Uretra)
Organ yang paling berperan dalam hal ini adalah Ginjal (Renal; Kidney).

ANATOMI GINJAL



Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi columna vertebralis, di bawah liver dan limphe. Di bagian superior ginjal terdapat adrenal gland (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritonium yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atas ginjal kanan terletak setinggi iga keduabelas, sedangkan ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas. Pada orang dewasa, panjang ginjal sekitar   12-13 cm, lebarnya 6 cm, tebal 2,5 cm dan beratnya ± 140 gram ( pria=150 – 170 gram, wanita = 115-155 gram)
Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya sekitar 10-12 inci (25 ningga 30 cm), terbentang dari ginjal sampai vesica urinaria. Fungsi ureter menyalurkan urine ke vesica urinaria.
Vesica urinaria merupakan kantong berotot yang dapat mengempis, terletak dibelakang simfisis pubis. Fungsi vesica urinaria: (1) Sebagai tempat penyimpanan urine, dan (2) mendorong urine keluar dari tubuh.


Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu Korteks dan medula.
  1. Korteks : bagian luar dari ginjal
  2. Medula : Bagian dalam dari ginjal
  3. Piramid : Medula yang terbagi-bagi menjadi baji segitiga
  4. Kolumna Bertini ; Bagian korteks yang mengelilingi piramid.
  5. Papilaris berlini : Papila dari tiap piramid yang terbentuk dari persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.
  6. Pelvis: Reservoar utama sistem pengumpulan ginjal.
  7. Kaliks minor: bagian ujung pelvis berbentuk seperti cawan yang mengalami penyempitan karena adanya duktus papilaris yang  masuk ke bagian pelvis ginjal.
  8. Kaliks mayor: Kumpulan dari beberapa kaliks minor.
Unit fungsional ginjal adalah nefron. Pada manusia setiap ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama.

NEFRON

Di ulangi lagi. Unit fungsional ginjal adalah nefron. Pada manusia setiap ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama.
Dapat dibedakan dua jenis nefron:
  1. Nefron kortikalis yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian luar dari korteks dengan lingkungan henle yang pendek dan tetap berada pada korteks atau mengadakan penetrasi hanya sampai ke zona luar dari medula.
  2. Nefron juxtamedullaris yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian dalam dari korteks dekat dengan cortex-medulla dengan lengkung henle yang panjang dan turun jauh ke dalam zona dalam dari medula, sebelum berbalik dan kembali ke cortex.


Bagian-bagian nefron:
a.  Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang melewatinya.
b. Kapsula Bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.
c. Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu:
1.Tubulus proksimal
Tubulus proksimal berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubuli dan mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan tubuli.
2.Lengkung Henle
Lengkung henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri dari pars descendens yaitu bagian yang menurun terbenam dari korteks ke medula, dan pars ascendens yaitu bagian yang naik kembali ke korteks. Bagian bawah dari lengkung henle mempunyai dinding yang sangat tipis sehingga disebut segmen tipis, sedangkan bagian atas yang lebih tebal disebut segmen tebal.
Lengkung henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus dan sekresi bahan-bahan ke dalam cairan tubulus. Selain itu, berperan penting dalam mekanisme konsentrasi dan dilusi urin.
3.Tubulus distal
Berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.
d. Duktus pengumpul (duktus kolektifus)
Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan nefron yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.
TP Nomor 1: Tulis ulang tentang anatomi ginjal Tanpa menggunakan istilah Kesehatan atau bahasa latin dan yunani nya.. (menggunakan bahasa Indonesia).

FISIOLOGI GINJAL

Ginjal memiliki fungsi yaitu:
  1. Pengeluaran zat sisa oranik
  2. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting
  3. Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh
  4. Pengaturan produksi sel darah merah
  5. Pengaturan tekanan darah
  6. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah
  7. Pengeluaran zat beracun
TP Nomor 2: Jelaskan proses fungsi ginjal di atas.
Adapun proses pembentukan urin dapat di download  di sini.
TP Nomor 3: Jelaskan proses pembentukan urin sesuai dengan video animasinya.
TP Nomor 4: buatlah daftar istilah untuk Sistem Urinaria, Contoh :
Istilah Arti (dari literature) Penjabaran dari arti
superior (dalam anatomi) terletak paling atas dalam tubuh dalam kaitannya dengan struktur atau permukaan lain. Istilah yang digunakan untuk menunjukkan letak di atas dari…..  Misal:
bagian superior ginjal = bagian atas ginjal
dan selanjutnya…… ……. ……
DAFTAR PUSTAKA
  1. Siregar, Harris, dkk. 1995. Sistem Urogenitalia Fisiologi Ginjal, Edisi ketiga. Bagian Ilmu Fisiologi Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar.
  2. Pricw, Lorraine, 2006, pathophysioloy: clinical concepts of disease processes, 6/E, Alsevier Science.
  3. Sherwood. Fisiologi manusia dari sel ke sistem